Separuh langkahku saat ini
Berjalan tanpa terhenti
Hidupku bagaikan keringnya dunia
Tandus tak ada cinta
Hatiku mencari cinta ini
Sampai ku temukan yang sejati
Walau sampai letih ku kan
mencarinya
Seorang yang ku cinta
Kini ku menemukanmu di ujung waktu ku patah hati
Lelah hati menunggu cinta yang selamatkan hidupku
Kini ku tlah bersamamu berjanji tuk sehidup semati
Sampai akhir sang waktu kita bersama tuk selamanya
Alunan lagu itu sangat
ku sukai. Berulang kali aku memutarnya. Tapi perasaanku selalu berkecamuk dan
sedih mendengarnya. Kapan ya lagu ini pas
buat suasana hatiku? Kapan aku nemuin pangeranku?? Selalu bertanya-tanya
sendiri dalam hati. Ya, sampai sekarang aku belum menemukan orang yang bisa
mengisi kehampaan dan kekosongan hatiku. Sebenarnya aku bukan tipe orang yang
sudi memikirkan cinta, tapi entah mengapa akhir-akhir ini aku sangat berharap
bisa memiliki kekasih seperti teman-temanku lainnya.
Namaku Tami. Aku siswi
kelas 1 SMA. Sejak awal masuk SMA, aku merasa tertarik pada mas Reno kakak kelasku. Wajahnya
yang berwibawa membuatku memandangnya berbeda dari lelaki lain. Banyak
teman-temanku yang juga menyukainya. Tak pernah kuutarakan rasaku pada siapa
pun dan sebenarnya aku tak pernah memikirkan dia hingga berharap lebih
dengannya. Hanya saja aku merasa sangat bahagia setiap kali berjumpa dengannya.
Aku tak tau mengapa.
Kriiiiiiiiiiiinggggggggggggggg………
Pagi itu alarm
membangunkanku seperti biasa. Aku tak segera bangun tetapi malah memutar mp3 di handphoneku sebagai sarapan. Musik adalah cinta dan semangatku. Ya,
walaupun aku tidak mahir bermain alat musik, setidaknya aku tau dan hafal
beberapa lagu baik lagu Indonesia maupun lagu mancanegara. Jam di layar handphoneku menunjukkan pukul 05.30. Aku
segera mematikan mp3 dan lekas
membereskan tempat tidurku lalu mandi. Setelah berpakaian rapi memakai seragam
putih abu-abu, tepat pukul 06.30 aku berangkat ke sekolah menggunakan sepeda
motor bersama kakak kelas sekaligus saudaraku, mbak Vida. Jarak rumahku ke
sekolah 15 menit. Aku ngobrol dengan mbak Vida sambil berhati-hati mengendarai.
“Eh semalam aku kasih
tau Reno kalo
kamu naksir dia lho.” Mbak Vida yang membonceng aku membuka percakapan.
Aku membuka kaca helmku
setengah terkejut.
“Wah yang bener? Aduh
mbak malu-maluin aja deh. Terus dia gimana?” aku penasaran.
“Iya. Ya dia tanya-tanya
gitu soal kamu. Aku nggak bilang semua yang kamu ceritain ke aku tentang dia kok.
Dia jadi GR gitu deh pokoknya. Tapi dia belum minta nomor handphonemu aku dah tidur duluan.”
“Ah mbak, aku kan malu,”
“Hahahahaa.. Udah deh
bersikap seolah nggak ada apa-apa aja. Dia juga udah aku bilangin supaya nggak
cari perhatian kalo di depanmu.”
Sesampainya di kelas,
teman-temanku sudah berkumpul saling ngobrol sambil menunggu bel masuk. Rupanya
aku berangkat kesiangan, karena Sinta, teman sebangkuku sudah datang lebih awal
dariku. Padahal biasanya aku yang menyambut kedatangannya.
“Hei, tumben berangkat
siang?” sapa Sinta ketika aku duduk di sebelahnya dan menaruh tasku.
“Iya ni, tadi males mau
bangun.” Jawabku seadanya.
Teeettttttttttttttttttttttt…….
Bel tanda pelajaran
dimulai telah berbunyi. Seperti biasa, aku dan kawan-kawanku mengikuti
pelajaran sampai jam istirahat pertama pun tiba. Guru sosiologi keluar kelas
mempersilakan kami untuk beristirahat.
“Nggalau yuk..” ajakku
pada Sinta yang sedang asik bermain handphone.
Dia memang nekat membawa handphone
walaupun peraturan di sekolah melarang.
Tanpa banyak bicara, aku
dan sahabatku itu duduk di lantai kolong meja dan memutar mp3 kesukaan kami. Sambil menikmati alunan lagu, aku berbicara
sesuatu dengannya.
“Sin, gimana hubunganmu
sama Anwar?” tanyaku basa-basi.
“Baik kok. Kemarin aja
pulang sekolah aku ketemu dulu sama dia. Ngobrol banyak gitu deh sekalian aku suruh
ngajarin matematika.” ujar Sinta sumringah.
“Kayaknya enak ya kalo
punya pacar. Bisa tambah semangat gitu kamu. Coba aja aku punya..” aku menunduk
setengah bersedih.
“Hehee, makanya cari
dong. Jangan jual mahal sama cowok.”
“Hmm pengen sih, tapi
menurutku semua cowok tu nggak ada yang bener. Kalo sama cewek cuma mentingin
kesenangannya sendiri. Maunya dingertiin terus tapi nggak mau mengerti
ceweknya.” tuturku kesal mengingat semua laki-laki yang pernah dekat denganku
tidak pernah ada yang serius.
“Ya nggak semuanya gitu
kali. Kamu nyoba-nyoba dulu aja, nggak usah serius. Kita kan masih muda, waktunya milih-milih dulu.
Kalo mau milih tu besok aja kalo udah mau nikah. Hahaha.. Eh Far, kenapa kamu
nggak sama Aldi aja sih? Dia kayaknya cocok lho sama kamu. Lagian kalian kan udah lama deket.”
“Heuuh! Udah ah nggak
usah ngomongin dia lagi. Dia tu sama aja kayak cowok lain. Kemarin aku dikasih
tau mbak Vida, kalo Aldi belum lama ini nembak temennya tapi ditolak. Kecewa
berat deh sama dia. Mulutnya aja manis, bilangnya nggak deket sama cewek lain
selain aku, nggak taunya buaya juga tu orang!” jelasku sebal.
“Hah yang bener aja? Emm..Tenang
Far, cari kenalan baru aja. Kamu mau yang gimana?”
“He’em. Simple aja sih,
tapi pengennya yang satu sekolah, trus kakak kelas. Hee…” ujarku malu-malu.
“Wah kayaknya ada yang
inceran nih.” Sinta melirikku menyelidik “Pasti Reno kan? Yang mau dikenalin mbak Vida? Hayo
ngaku...Huu kamu sih dulu pake acara malu segala pas mau dikenalin.”
Aku mengangguk pelan.
“Jadi beneran nih kamu
suka sama dia?”
“Mungkin..Ah nggak tau
deh.” jawabku sambil tersenyum dan salah tingkah.
☺☺☺
Bulan menghiasi langit
didampingi bintang-bintang cantik yang membuat suasana malam itu sangat
istimewa. Namun tak seistimewa hari-hariku yang selalu kesepian. Sekalipun aku
berada di tengah ramainya adik-adikku yang sedang bermain, tetap saja dalam
hatiku masih hampa. Aku memilih duduk di teras rumah seorang diri memandangi
langit nan indah. Tiba-tiba saja aku teringat pada mas Reno. Entah mengapa aku sangat berharap bisa
selalu dekat dengannya. Parasnya yang tampan selalu membayangi malam-malamku
sampai sering terbawa mimpi. Secara fisik mas Reno memang masuk kriteriaku. Selain tampan,
ia juga tinggi dan berwibawa.
Hari-hariku berjalan
seperti biasa tanpa ada yang istimewa. Monoton. Tak ada yang berbeda. Sering
aku merasa bosan dan muak dengan duniaku. Aku iri dengan teman-temanku yang
selalu berwarna hari-harinya karena ditemani seorang kekasih. Apa aku tidak layak mencintai dan dicintai?
Entahlah! Aku tak mau ambil pusing. Aku
menggumam dalam hati.
☺☺☺
Hari
berganti lagi. Seperti biasa aku melakukan kegiatan di sekolah. Jam istirahat
kedua pun tiba.
“Kenapa ya Sin aku nggak
punya pacar?” keluhku pada Sinta yang sedang memakan jajanannya dari kantin
tadi. Dia tertawa mendengar pertanyaanku sambil tetap duduk di sebelahku.
“Halah kamunya aja yang
nggak mau. Kamu tu dideketin cowok-cowok malah disia-siain. Nyesel kan sekarang? Aku jadi
kasian sama Berry,
Dendi dan Hafiz yang pernah kamu kasih harapan terus kamu buang mereka gitu
aja. Jangan salahin mereka dong kalo berpaling cari cewek lain. Toh kamu yang
diharapin aja malah kayak gitu kan.”
Aku
terdiam mendengar ucapan Sinta. Mungkin dia benar. Aku yang salah karena selalu
menyia-nyiakan mereka yang mendekatiku dan lebih memilih bertahan dengan perasaanku
terhadap mas Reno.
Sangat lucu memang, karena aku menyukai orang yang tidak kukenal pribadinya.
Tapi ini di luar kendali diriku. Perasaanku ada begitu saja dan tak mau hilang.
“Ngelamunin
apa kamu?” Sinta membuyarkan lamunanku.
“Eh, Sin, aku tiga malam
mimpiin mas Reno
terus. Padahal aku nggak mikirin dia.”
“Ah nggak mungkin kalo
nggak mikir terus kebawa mimpi. Udah deh nggak usah bohong. Kamu berharap mas
Reno SMS kamu dan bisa deket sama dia kan?
Ketahuan nih kamu. Hahah”
“Ah udah lah Sin, aku
bukan siapa-siapa. Mungkin rasaku ini akan hilang dan memang itu harapanku” aku
berusaha menghibur diri “Biarkan aku mengaguminya seperti penggemar yang ngefans berat sama idolanya. Aku nggak akan
berharap lebih kok.”
“Kalo jodoh nggak akan
ke mana kok Far, santai aja!” ucap Sinta menepuk bahuku.
Aku
tersenyum mendengar ucapan Sinta. Meskipun aku masih sulit untuk mengartikan
semua ini, aku percaya segala sesuatunya telah dipersiapkan Tuhan. Kalau memang
Tuhan mengizinkan aku berjodoh dengan mas Reno,
pasti akan didekatkan dan kalau pun tidak pasti Tuhan memberi yang terbaik
untukku. Sudahlah! Banyak hal lain yang
harus kupikirkan dan jauh lebih penting dari hal bodoh ini. Umpatku dalam
hati.
☺☺☺
Kujalani hari-hariku
dengan sepenuh hati. Mungkin akan meringankan langkahku ke masa indah
dikemudian hari. Kubiarkan rasaku pada mas Reno tetap mengalir, tak berusaha
kuhilangkan. Biarkan semua berjalan sebagaimana mestinya. Selama aku masih bisa
melihat mas Reno,
aku akan sangat merasa bersyukur karena Tuhan mengizinkanku untuk melihat
ciptaan-Nya yang begitu indah. Entah apa yang Tuhan rencanakan untukku, aku
hanya bisa berdoa dan mohon jawaban dari-Nya.
Aku terlanjur, ku terlanjur sayang
Menyayangimu
Sayang mengapa
Bukan hanya aku yang merindukanmu
Selalu.. terbagi..
Mungkin kau bukan yang bisa kumiliki
Selamanya
Mungkin kau hanya menjadi mimpi
Selamanya
Aku sendiri, kusendiri lagi dan memikirkanmu
Mungkin saja kau bukan, bukanlah yang kutunggu
Selama ini dihati.. dijiwa..
Alunan lagu ini yang
memang pas untukku dan lagu ini untuk pemilik hatiku, mas Reno. Biarkan aku menikmati rasanya
mengagumi, menyayangi bahkan mungkin mencintai dalam diamku ini.
*Tugas membuat cerpen kelas X*
0 komentar:
Posting Komentar